Asal memiliki keterampilan, siapa saja bisa membuat barang yang bagus. Namun membuat barang tersebut dikenal dan diminati dunia internasional itu yang tidak mudah. Selain keterampilan, dibutuhkan pengetahuan dan strategi untuk memahami karakteristik konsumen untuk menembus berbagai negara dan kalangan yang memiliki kebutuhan dan selera sendiri-sendiri. Berbekal dari ini, Nancy Go dan Bert Ng, suaminya, dengan mantap membangun bisnis tas yang dilabeli "Bagteria" dan mengawali usahanya dengan langsung membidik pasar internasional. Nancy Go telah membuktikan bahwa untuk sebuah bisnis tidak selalu harus berawal dari lingkungan terdekat dulu kemudian baru dikembangkan ke dunia. Strateginya sama dengan nama tasnya, Bagteria, yaitu bidik tempat strategis yang dituju dan mewabah di sana seperti bakteri.
Berawal dari hobi di bidang rajut dan sulam, timbul ide untuk membuat tas yang bercirikan rajutan dan sulaman dengan aksesoris berkualitas, mewah dan mendetail. Tentu saja pembuatan tas ini tidak bisa dilakukan dengan mesin mengingat desain sulaman dan rajutan yang rumit. Bahan-bahan pembuat tas dan aksesorisnya pun tidak main-main dan bukan imitasi untuk memenuhi tuntutan harga murah. Hal ini membuat tas bikinan Nancy Go berharga mahal namun eksklusif.
Nancy sadar bahwa pasar Indonesia belum siap mengeluarkan harga yang sepadan untuk sebuah kualitas dan citra suatu produk, karena itu Nancy dan suaminya langsung membidik pasar internasional yang dinilai lebih berani membayar yang sepadan untuk suatu kualitas. Berada di bawah naungan PT Metamorfosa Abadi, Nancy Go dan suami memulai usaha ini dengan modal awal sekitar 300 juta. Hongkong menjadi tujuan awal pemasaran Bagteria karena menurut Nancy, pakar fashion Asia adalah Hongkong. Berikutnya, yang dituju adalah Jepang yang menjadi salah satu ikon fashion dunia. Strategi ini diterapkan karena untuk masuk ke Jepang tidak mudah. Wanita kelahiran Brazil ini mengenalkan produknya ke pasaran Jepang melalui pameran, yang kemudian disambut baik oleh distributor Jepang.
Saat ini, produksi normal Bagteria hanya 900 sampai 1000 buah/bulan. Angka yang kecil untuk sebuah industri, namun cukup besar untuk sebuah industri handmade. Nancy menuturkan, pada awal keterlibatannya di pasar internasional, Bagteria pernah menerima pesanan hingga 1500 buah/bulan. Namun hal ini membuat para karyawannya harus bekerja overtime karena Nancy tidak sembarang menambah orang untuk mengerjakan tas-tasnya. Pegawai baru hanya melatih keterampilan rajut dan sulamnya selama tiga bulan pertama. Belajar dari pengalaman itu, Nancy memilih tidak menambah kuota produksi daripada harus memaksa karyawannya kerja mati-matian. Kini Bagteria telah memiliki tempat distribusi di sekitar 30 negara dengan agenda pameran setiap tahun di Fashion Newsweek, Amerika Serikat. Di ajang ini juga Paris Hilton pertama kali terpesona dengan tas-tas elegan ini. Tidak hanya itu, beberapa nama artis Hollywood juga tertangkap kamera saat menenteng Bagteria untuk melintasi karpet merah di berbagai acara.
Komitmen terhadap nilai sebuah tas ditunjukkan Bagteria dengan menyediakan layanan purna jual di setiap distributor. Tas yang aksesorisnya hilang atau rusak karena suatu hal bisa memperbaikinya di sini dengan ketentuan khusus. Nancy memang berharap bahwa tas-tas Bagteria bisa menjadi sesuatu yang berharga, yang bisa diwariskan seorang ibu kepada anak, bahkan kepada cucunya. Jadi, sekalipun berbisnis, kita juga harus bisa menghargai nilai dari produk kita sendiri. Seperti yang dilakukan Nancy Go dengan beragam karyanya pada Bagteria ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar